Malam Satu Suro

Culture 

    Malam satu suro , malam istimewa yang sering dianggap mitis dan keramat sekaligus penuh berkah dan sakral. Sebagian masyarakat Jawa masih mempercayai bahwa malam satu suro memang malam istimewa. Diberbagai daerah banyak tradisi memperigati Tahun Baru Jawa sekaligus islam ini. Sementara itu di lingkungan Keraton Surakarta dan Yogyakarta , dilakukan beragam ritual dan kirab. Ramai dan semarak.




    Hingga saat ini , setiap tahunnya tadisi malam sau suro selalu diadakan oleh masyarakat Jawa. Satu suro biasanya diperingati pada malam hari setelah magrib pada hari sebelumnya. sebab , pergantian hari jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya , bukan pada tengah malam.

    Di Keraton Surakarta , peringatan satu Suro dilakukan dengan cara bersyukur , tafakur (merenung) dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah yang dipusatkan di MAsjid Pujasana. Pada masa Pakubuwono XII , upacar kirab pusaka malam satu suro dilaksanakan seminggu sekali pada hari jumat. itupu hanya mengelilingi keraton. 





    Namun , pada tahun 1973 presiden soeharto meminta kepada Pakubuwono XII untuk turut berdoa demi ketentraman negara. maka , Pakubuwono XII mulai melaksanakan kirab pusaka di luar tembok keraton dan mengikutsertakan Kebo bule yang dianggap sebagai bentuk pusaka keraton yang bernyawa.

 




    Kebo bule menjadi salah satu daya tarik bagi warga yang menyaksikan perayaan malam satu Suro. Kerbau- kerbau ini bukanlah sembarang kerbau , terus kerbau jadi jadian?? Gaa dongg , jadi kerbau ini merupakan hewan leluhur kesayangan dari Pakubuwono II. Leluhur kerbau tersebut hadiah dari Kyai Hasan Besari Telagasari Ponorogo. secara turun temurun kebo bule menjadi cucuk lampah (Pengawal) pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet sehingga masyarakat menyebutnya kebo bule Kyai Slamet. 

    Dalam kirab satu Suro , orang- orang akan berdesakan untuk berebut kotoran kebo bule. rill gaiss mimin udah pernah liat langsung dan itu rame bangettt ga boong. Kotoran kebo bule ini dianggap dapat membawa berkah dan keselamatan.




    Berbeda dari Solo , di Yogyakarta perayaan malam satu suro biasanya identik dengan membawa keris dan benda pusaka sebagai bagian dari iring iringan kirab. Tradisi ini berfokus pada kemah batin dan kemanan. oleh karena itu , pada malam satu suro biasaanya diselingi dengan ritual melafalkan doa semua orang yang hadir untuk merayakannya.







    Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa diyakini tetap eling (ingat) dan waspada. Eling di sini memiliki pengertian bahwa manusia harus ingat terhadap tuhan , siapa dirinya dan dimana dia berada sebagai ciptaan tuhan. sedangkan kewaspadaan berarti manusia juga harus  tetap waspada dari godaan yanng menyesatkan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar